ROMANTISME INTERSUBYEK


Suatu pagi Minggu pagi yang cerah, saya berangkat ke pasar dari kos-kos an dengan menaiki sepeda motor karena memang pasarnya agak jauh dari tempat kos. Tepat setelah saya sampai dan berbelanja, tibalah saat nya untuk pulang. Ketika pulang inilah saya dihadapkan pada tukang parkir yang tadinya belum ada ketika saya datang, disini tiba-tiba muncul! Saya kaget dong! tapi bapaknya lebih kaget melihat saya kaget! hehe. Yasudahlah, akhirnya saya pun bergegas menaiki sepeda dan seperti biasa tukang parkir menagih uang parkir 2 ribuan. Namun, disini, setelah mendapat uang itu, dia seperti tidak niat dan fokus mengarahkan beberapa sepeda motor yang mengganggu dan tidak membantu menyebrangkan saya yang waktu itu juga jalanan ramai dan saya butuh menyebrang jalan.

...

Tukang parkir itu, tidak pernah secara penuh menerima perannya menjadi tukang parkir. Karena secara psikologis dia hanya membutuhkan upah parkirnya. Dia tidak terimakasih ketika kita memberi, dia hanya muncul dan antusias ketika kita mau mengambil sepeda dan mungkin akan menembak kita dengan harga parkirnya. Dia Tidak Benar-Benar Menjiwai Peran Sebagai Tukang Parkir. Bagi dia, menjadi tukang parkir adalah hal terpayah yang pernah dia sandang, aku tak tau, banyak alasan jika kau mau menggalinya dari tukang parkir itu sendiri. lagian, siapa yang mau menjadi tukang parkir? Tidak ada prestise, bahkan jarang sekali dihormati.

Sedang, ini dari sisi kita...

Kita, setiap melihat ada tukang parkir seperti itu merasa jengkel. Merasa dia takkkan berhak dengan semua uang parkir yang diberikan. Karena kita sebagai orang yang dilayani (walau terpaksa) tidak merasa dihargai sebagai manusia. Kita hanya dihargai sebagai mesin uang dia. Karena kita juga, Tidak Benar-Benar Merasa Bahwa Tukang Parkir Seperti Itu Tidak Berhak Dengan Pemberian Kita.

Lihat? Siapa yang salah sangka? Kita semua salah sangka karena kita berdiri diatas kekecewaan-kekecewaan terus. Tak ada yang berupaya merangkul, berempati, ataupun sekedar berinteraksi dengan tukang parkir dan menganggapnya sebagai manusia?

Jika,

Kita memberi uang lebih pada si tukang parkir. Walau dengan pelayanannya yang payah. Minimal dia berterima kasih pada kita.

Jika,

Ada dua sampai tiga orang (atau bahkan lebih) yang seperti kita memberi seperti diatas, si tukang parkir akan merasa dan berpikir, bahwa pekerjaannya selama ini DIHARGAI.

Mungkin ada beberapa jenis orang yang tidak menghargai upaya semacam itu. Namun, pasti minimal sebagai manusia dia tidak akan meremehkan pekerjaan tukang parkir.

Permasalahannya disini bukan siapa yang merasa paling jengkel. Permasalahannya adalah siapa yang mau mengawali keakraban ini pada sesama. Siapa yang sadar dan siapa yang menjiwai hidup satu sama lain? siapa yang punya empati?

Komentar