Antitesis Cinta

Mother Teresa's Quote

Cinta, salah satu pertunjukan tunggal kehidupan dimana seorang manusia menjadi pemeran utama tetapi tidak juga menjadi satu-satunya. Cinta, salah satu karya sastra besar yang menyuguhkan alur dan intisari yang cukup sering menimbulkan tanya.

Kadang cinta dimaknai sebatas sebagai suatu entitas yang menganak emaskan hubungan “kami” dengan melampaui “aku”, “engkau”, maupun “kalian.” Seseorang mungkin saja mendefinisikan cinta sebagai ikatan sebuah hubungan antar manusia tetapi tidak serta merta cinta sesempit hubungan “kami”. Karena ada cinta “aku” dengan “aku” ataupun “engkau” dengan “kalian” yang juga mampu melampui “kami”.


"Perilaku manusia mengalir dari tiga sumber utama: keinginan, emosi dan pengetahuan." - Plato


Kadang juga cinta dinilai sebagai tindakan primordial yang mutlak untuk melakukan tindakan lain. Seseorang juga mungkin melakukan sesuatu karena cinta tetapi bukan berarti cinta selalu menjadi tindakan dasar yang absolut. Tindakan yang didasari cinta memiliki unsur kerelaan sedangkan cukup banyak tindakan yang dilakukan karena keharusan, bahkan keterpaksaan.

Cinta tidak melulu sesempit dan semutlak itu. Cinta didefinisikan atas dasar kepentingan yang berbeda sehingga menciptakan keragaman wujud cinta yang ideal bagi pribadi dengan definisinya sendiri yang mungkin tidak realistis bagi pribadi lain.

Jika bicara tentang luasnya cinta, cinta memang tidak semegah antariksa tapi cinta tidak juga sesederhana ikatan saja.

Jika bicara tentang bebasnya cinta, cinta tidak semoderat palu rimba tapi cinta tidak juga seabsolut kehendak-Nya

Jika bicara tentang cinta, seakan tidak ada habisnya. Begitu tak terbatas meskipun memiliki batasan. Begitu kekal meskipun juga termakan usia. Begitu luas meskipun tak seluas semesta. Sepatah ujar yang ringan tapi disajakkan secara kolosal. Sumber kekuatan yang tidak begitu masif tapi cukup sakral. Sebuah wacana dengan substansinya yang begitu paradoksal.


“Aku menemukan paradoks, jika engkau mencintai sampai terluka, tidak akan ada lagi luka, hanya bertambahnya cinta.” - Bunda Teresa


Jika bicara tentang rasa, cinta adalah rasa termanis yang pernah disajikan tapi cinta juga adalah rasa terpahit yang pernah diujikan.

Jika bicara tentang waktu, cinta adalah perwujudan keabadian tapi cinta juga adalah bukti kesia-siaan.

Jika bicara tentang gaya hidup, cinta adalah gaya paling kontemporer tapi cinta juga adalah gaya paling konservatif.

Jika bicara tentang ilmu, cinta adalah lautan kecerdasan tapi cinta juga adalah jurang kedunguan.

Jika bicara tentang tindakan, cinta adalah praktik paling professional tapi cinta juga adalah percobaan paling amatir.

Jika bicara tentang falsafah, cinta adalah pandangan yang memiliki tujuan tapi cinta juga adalah gagasan yang membutakan.

Jika bicara tentang ideologi, cinta adalah paham paling humanis tapi cinta juga adalah paham paling radikal.

Jika bicara tentang hukum, cinta adalah hukum yang membebaskan tapi cinta juga adalah hukum yang memenjarakan.

Jika bicara tentang sistem, cinta adalah representasi kapitalisme tapi cinta juga adalah simbol feodalisme.

Jika bicara tentang negara, cinta adalah akar perdamaian tapi cinta juga adalah cikal bakal peperangan.

Jika bicara tentang adegan, cinta adalah adegan paling memukau tapi cinta juga adalah adegan paling tragis.

Jika bicara tentang kisah, cinta adalah epilog dari kenestapaan tapi cinta juga adalah prolog dari kesengsaraan.

Komentar