BUKAN PELAJARAN ALAM


Semilir angin berhembus membisikkan pesan kedamaian. Sesejuk hubungan dua ekor ulat yang sedang bersama-sama. Mereka adalah sepasang kekasih yang merajut cinta di tengah “damai” nya hutan belantara yang mereka tempati. Sebagian angan hewan lain berpikir dan merasa bahwa mereka adalah binatang paling romantis di tengah hutan ini. Mereka kemana-mana selalu bersama-sama. Melakukan kegiatan bersama-sama. Dalam hutan hujan yang basah dan tertutup oleh rindangnya pohon-pohon besar, sedikit sekali kemungkinan untuk bisa terjamah oleh unggas penguasa udara yang sesekali bisa mengancam kehidupan salah satu atau bahkan kedua dari mereka. Mereka berjanji untuk sehidup semati dalam suka maupun duka untuk hidup bersama. Mereka sering berdoa bersama, kepada tuhan. Bukan agar mereka bersama secara terus menerus. Akan tetapi, mereka berharap pada tuhan agar kelak, ketika mereka dipisahkan, rasa cinta yang mereka miliki masih tetap membungkus raga mereka yang mungil. Juga, ketika mereka harus berpisah. Mereka berharap perpisahan itu akan membawa hikmah, bagi siapa saja.

~Sementara itu, jauh diluar hutan tersebut. Terdapatlah sebuah kota, yang didalamnya terdapat manusia-manusia dengan kesibukan-kesibukan yang lebih mereka cintai ketimbang anak atau istri mereka dirumah. Ketimbang keluarga-keluarga mereka. Ketimbang orangtua mereka. Sungguh, mereka hanya disibukkan oleh urusan-urusan politik, urusan-urusan perekonomian kota itu, dan urusan-urusan yang lainnya. Tak ayal, kota tersebut dijuluki kota megapolitan. Karena segala macam investasi, gedung-gedung pencakar langit menghiasi desain kota megah itu. Namun, pada segala kesempurnaan sebuah kota,  masih terdapat kekurangan dalam kota itu. Apa?? Yakni bangunan-bangunan pendidikan. Kota itu terasa belum lengkap tanpa bangunan para kaum cendikiawan.

Ditengah kesibukan para orang-orang berdasi, mereka membicarakan sebuah desain dari mega investasi bernama pendidikan. Terdapatlah seseorang yang mulai membicarakan lahan hutan yang hampir jarang dijamah oleh manusia disana. Dialah gubernur dari wilayah itu. Dialah orang pertama yang ingin bangunan tersebut berdiri di tanah yang dinilai hanya bisa menampung tanaman-tanaman tak terawat yang harusnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan publik yang lebih berfaedah, sehingga bersepakatlah sang gubernur dengan para jajarannya, dengan para investor yang akan membiayai dan menanggung beban biaya untuk proyek pembangunan sekolah-sekolah.

~Pada hari dimana keputusan rapat telah disepakati, ternyata para penghuni hutan nampaknya mengadakan pesta untuk merayakan bahwa selama ini mereka telah tinggal aman dan nyaman di hutan yang bisa dibilang adalah satu-satunya ekosistem hutan yang tak terjamah oleh manusia. Pesta nampaknya dipimpin oleh sang raja hutan, yakni seekor beruang besar, dan pesta dihadiri oleh semua penghuni hutan termasuk sepasang cacing yang ada di awal cerita. Para penghuni hutan membawa berbagai macam makanan yang mereka miliki untuk dimakan dan dinikmati oleh peserta pesta, dan pada akhir pesta ditutup oleh harapan-harapan yang disampaikan oleh sang raja hutan untuk penduduk hutan. Sang raja menyampaikan kalau pada beberapa tahun terakhir ini memang tak ada bencana yang menimpa penghuni hutan tersebut. Tak ada kebakaran hutan, gempa bumi, bahkan longsor. Sang raja berharap hingga pada pesta berikutnya, tak ada bencana yang menimpa penghuni hutan. Sepulang dari pesta, sepasang cacing tersebut juga berdoa lagi agar harapan yang dikatakan oleh sang raja mereka bisa terkabul.
Pada suatu hari, si cacing jantan akan mengunjungi rumah sahabatnya, yakni rayap, yang ada di seberang sungai dari bagian selatan hutan yang ditempati oleh sepasang cacing tersebut. Si cacing jantan berjanji dia akan pulang seminggu dari hari itu. Karena jarak yang harus ditempuh oleh cacing jantan tersebut cukup jauh bagi seekor cacing, dan si betina pun menyetujuinya. Lalu berangkatlah cacing tersebut dengan bawaan bekal dari si cacing betina tadi. Setelah tiga hari perjalanan, diapun sampai pada rumah rayap yang ada di sebuah pohon yang akarnya besar. Disana diapun disambut dengan senang hati oleh keluarga rayap.

~Lima hari setelah hari kesepakatan berlangsung. Para investor dibarengi dengan anak buahnya bergerak untuk meratakan lahan yang akan dijadikan ruang untuk bangunan sebuah sekolah. Mereka menebangi pohon, membakar semak, melindasi dan mengeruki tanah seolah mereka adalah kaum barbar yang siap untuk menghancur leburkan suatu peradaban. Mereka bekerja cepat di bawah arahan bos mereka dan tentu saja sang gubernur yang memfasilitasi kewenangannya. Butuh waktu beberapa hari untuk meratakan seperempat dari bagian hutan tersebut.
Setelah lima hari bekerja secara penuh, pembukaan lahan beralih menjadi penyekatan lahan dan pembangunan fondasi dari gedung yang akan didirikan pertama. Sesuai adat politis, gubernur akan menyelamati dan meletakkan batu bata pertama untuk pembangunan selanjutnya. Hanyalah formalitas, namun cukup untuk menyenangkan hati sang gubernur.

~Udara panas dari hasil pembakaran bahan bakar dari alat-alat berat bangunan ternyata cukup bisa memanaskan tanaman dan hewan-hewan penghuni pohon, yang pada akhirnya para tanaman layu karena kepulan asap dan panas, sementara hewan-hewan penghuni pohon disekitar sana ada yang memilih untuk pergi dan ada juga yang memilih untuk tetap tinggal karena memang sudah tak memiliki tempat untuk berlindung lainnya, termasuk si cacing betina. Dia terkulai lemah dalam pohon tempat tinggalnya setelah asap dan udara yang membuat hutan menjadi panas disebabkan oleh emisi gas yang dilakukan oleh alat berat dan pembakaran bahan untuk pembangunan. Dia hanya berharap si cacing jantan akan segera pulang dan menjemputnya untuk keluar dari hawa yang serba tak nyaman tersebut. Cukup itulah yang membuatnya lega.
Dalam perjalanan pulang, si cacing jantan sebenarnya sudah merasakan hawa-hawa yang tak enak dari arah hutan tempatnya tinggal. Dia mempercepat jalannya untuk pulang, walaupun dia juga tahu dia tak secepat tupai melompat atau rusa. Tapi dia tetap berusaha cepat dengan harapan tidak terjadi apa-apa dengan si cacing betina. Karena dengan alasan itulah dia mempercepat dirinya sendiri. Dan setelah dua hari berjalan, si cacing melihat hutan dan pohon tempatnya tinggal sudah hilang dan lenyap dari pandangan. Tinggal hamparan pasir dan benda-benda besar yang tak dikenalinya berada di depan pandangannya. Hal, yang pertama dilakukan adalah mencari pohon tempat dia dan si cacing betina tinggal. Dia berjalan kearah timur, namun yang dia lihat hanyalah gundukan pasir dan kerikil. Dia berjalan ke arah utara, dia hanya menemukan rangkaian beton-beton yang sudah disusun untuk fondasi bangunan. Arah utara pun hanya ada kumpulan manusia dengan kamp-kamp nya. harus kemana lagi dia mencari? Dia sudah memastikan bahwa bagian hutan itulah yang menjadi tempat tinggalnya dan si cacing betina, dan dia sudah hampir seharian mencari sang pujaan hati namun yang ada hanyalah kumpulan manusia dengan alat-alat dan bahan bangunannya.
Hari beranjak malam dan dia pun masih di tempat itu menyaksikan apa yang sebenarnya sedang terjadi di tempat itu. Dengan berbalut kesedihan dan sedang bertanya-tanya dimanakah sang pujaan hati sedang berada, si cacing jantan masih tidak bisa meninggalkan tempat itu. Setidaknya, dalam kesedihannya itu diamenemukan tanda kalau sang pujaan hati masih hidupkah atau sudah meninggal. Namun, malam itu nampaknya menjadi malam tersedih dalam hidup si cacing jantan.

~ Suatu sore, dihalaman yang luas, rumah yang megah, dipenuhi dengan tanaman hias pada taman sekitar rumah itu membuat siapapun dari setiap orang yang lewat merasa nyaman. Bunga-bunga di taman melambai dengan tangkai dan kelopak yang menggoda memberikan arti bahwa tanaman di situ dirawat dengan sangat baik. Para kawanan kelinci juga di biarkan bebas berkeliaran di taman seolah itu adalah habitat mereka. Cukup menggambarkan bagaimana gambaran taman Eden meskipun hanya miniaturnya. Di tengah-tengah taman terdapatlah seorang wanita muda cantik yang sedang berjalan-jalan mengamati taman dan juga sesekali dia mendekat pada tanaman-tanaman dan bunga-bunga untuk mengamati apakah pertumbuhannya baik atau justru perlu perlakuan khusus. Kelinci-kelinci disana juga tak luput dari perhatian sang wanita cantik tersebut. Sifatnya sebagai penyayang tumbuhan dan hewan ternyata diperkuat setelah wanita tersebut menyebutkan nama “Allamanda Cathartica” kepada salah seorang penjaga sekaligus perawat kebun disana. Dia meminta kepada perawat kebun tersebut untuk menempatkan kotoran-kotoran kelinci yang sudah diolah jadi pupuk di bagian dimana bunga alamanda tersebut tumbuh. Ini adalah cara alami agar meminimalisir penggunaan pupuk sintetis pada tanaman-tanaman disana. Ya, bunga yang berwarna kuning tersebut adalah salah satu bunga favorit si wanita cantik tersebut.
Kesibukan penjaga kebun terpecah ketika sebuah mobil mewah masuk dan memarkirkan dirinya pada salah satu sisi dari kebun tersebut. Para penjaga kebun tersebut berbaris dan menyapa orang yang barusan keluar dari dalam mobil tersebut. Ketika keluar sang wanita cantik tersebut menyambut sosok pria dengan setelan jas rapi dengan suka cita. Dia menanyakan kepada wanita muda cantik yang menyambutnya tersebut bagaimana proses dari studinya di luar kota. Sebelum wanita muda itu menjawab, dia menimbalinya dengan cibiran agak sinis lain kali untuk tidak memarkir di dekat taman favoritnya itu. Dan selanjutnya dia menjawab pertanyaan yang pria tadi ajukan dengan semangat bahwa dia akan membuat rencana penelitian, namun dia masih kesulitan apa topik dari penelitiannya tersebut. Si pria tadi, menimpalinya dengan senyum dan menyemangatinya untuk segera menyelesaikan studinya tersebut. Ternyata, pria tersebut tidak lain adalah bapak gubernur yang memang mendiami kota megapolitan itu, dan wanita muda cantik tersebut adalah anak semata wayang dari si gubernur tersebut. Dia adalah mahasiswa biologi sebuah universitas nasional favorit yang berada di kota tetangga. Menguatkan mengapa dia menjadi penyayang tumbuhan dan hewan dirumahnya yang besar dan megah tersebut.

~Sementara si cacing jantan mengalami kesedihan beberapa hari terakhir, dia juga masih tak terima dan berkeliling dengan memunguti sisa-sisa dari pohon hutan yang ditebas dan dibakar oleh para pekerja bangunan disana. Sampailah ketika dia menemukan salah satu tetangganya yang tinggal di bagian hutan itu. Dia adalah seekor monyet kecil yang terlihat murung bahwa pohonnya bertempat tinggal sudah tiada. Bergegas si cacing jantan menanyakan apa yang terjadi dan dimanakah sekarang kekasihnya pada si monyet tersebut. Dengan perasaan sedih si monyet bercerita bahwa telah terjadi perusakan hutan selama beberapa hari ini. Dan dia menceritakan bahwa pohon yang ditinggali oleh mereka, cacing betina dan cacing jantan tersebut sudah digelondong oleh sebuah mesin. Seolah dunia terguncang. Cerita itu mampu membuat si cacing jantan betambah sedih dan marah karena dia juga tak bisa melindungi si cacing betina yang hanya akan menunggu dia pulang. Sekarang sic acing jantan sudah tak mempunyai siapa-siapa lagi. Hatinya sontak merasa kesepian dan mengingat-ingat kesan-kesannya dengan si cacing betina yang telah terjadi di hutan tersebut beberapa minggu lalu. Sekarang, yang bisa dia lakukan adalah memberi pelajaran bagi para manusia tersebut. Namun, dia berpikir kembali bahwa dia tidak cukup kuat untuk melawannya sendiri. Pada saat itu juga, dia mengajak monyet untuk melaporkan semua itu ke raja mereka, yakni pada raja beruang.
Hanya dalam beberapa jam, dengan posisi monyet menggendong si cacing jantan telah sampai pada tempat dimana raja beruang tinggal. Dan mereka berdua menceritakan secara kronologis apa yang mereka alami pada raja beruang. Dan pada saat itu juga, raja beruang kaget dan marah. Hutan yang telah menjaga para hewan dan telah menyumbangkan oksigen dan sumber makanan mereka ingin dihabisi juga oleh manusia, raja beruang mengutuk perbuatan serakah manusia. Raja beruang memerintahkan dua hewan yakni rusa dan kerbau sebagai ajudannya untuk memeriksa apa yang terjadi di hutan bagian utara tersebut.

~suara tempaan besi, angkutan pada alat-alat berat, dan teriakan manusia meramaikan proses pembangunan sebuah gedung baru untuk perintis gedung-gedung selanjutnya yang akan dibangun juga di sekitar sana. Tampak sudah berjalan dengan baik proses pembuatan fondasi dari gedung tersebut. Di tengah-tengah keramaian proses pembangunan tersebut, terdapat orang yang berhasil mengerek seekor binatang, dan ternyata itu adalah seekor rusa. Sontak itu membuat yang lain kaget. Ada sebagian pekerja yang meneriakkan inisiatif untuk memanggang dan memakannya. Tapi, teriakan itu diredakan oleh si bos proyek itu. Dengan diikuti oleh bapak gubernur yang membuntuti bos tersebut dibelakangnya. Si bos proyek bertanya pada pak gubernur bagaimana bisa rusa tersebut muncul dan apa yang akan dilakukan terhadap rusa tersebut. Bos tersebut curiga, jangan-jangan didalam sana masih terdapat hewan-hewan yang lebih ganas dan berbahaya yang bisa mengancamnya dan para pekerjanya. Si gubernur mendinginkan kepala si bos proyek dan meyakinkan bahwa takkan ada apa-apa pada proses pembangunannya. Dia juga berencana akan membawa rusa tersebut kerumah, mengingat anaknya adalah juga pecinta hewan-hewan.
Dan sampailah pada suatu sore, di rumah mewah sang gubernur itu lagi. Si gubernur sedang mengamati rusa yang keliatannya ketakutan tersebut. Dan seperti biasa si wanita muda putri gubernur itu menghampiri dan menyambut kedatangan ayahnya yang entah kapan dia pulang kerumah. Si putri menanyakan pada ayahnya darimana ayahnya mendapatkan rusa tersebut. Dan si ayah hanya tersenyum dan berpesan agar dia merawat rusa tersebut dalam taman luas itu. Sang putri terheran-heran, dia ingin menanyakannya tapi si ayah bergegas pergi lagi entah kemana. Sang putri tersebut memang seringkali ditinggal pergi untuk urusan pemerintahan atau urusan politik yang ayahnya geluti. Dan untungnya, sang putri memahaminya dari awal.

~Auman raja beruang membuat bintang sekitarnya bergidik ketakutan. Bagaimana tidak marah, rusa yang diakui sebagai ajudannya telah tertangkap dan mungkin juga akan dimakan oleh manusia-manusia rakus tersebut. Kerbau juga merasa sedih karena rusa, sahabatnya, entah bagaimana nasibnya sekarang. Dia juga ikut marah karena kutukan-kutukan raja beruang terhadap manusia serakah tersebut. Pada akhirnya, sang raja beruang berencana melakukan serangan terhadap kamp-kamp pekerja bangunan disana agar mereka tahu bahwa ada makhluk yang harus mereka beri ruang. Si cacing jantan dan monyet hanya bisa tertunduk dan mengikuti apa kemauan raja mereka. Terutama si cacing jantan, dia merasa marah juga karena cacing betina telah direnggut dari sisinya oleh para manusia tersebut. Dia berusaha akan membuat manusia-manusia itu sadar bahwa binatang juga dikaruniai perasaan. Dan dia juga ingat akan doa-doa nya dengan si cacing betina bahwa jika mereka dipisahkan, setidaknya bisa memberikan hikmah dan masih memelihara cintanya. Inilah saatnya untuk membuktikan bahwa cinta nya masih tidak hilang.

~Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, wanita muda cantik mencoba untuk memberi makan rusa yang dibawa oleh ayahnya tersebut. Dia ingin sekali membangun keintiman dengan rusa tersebut agar si rusa menganggap bahwa dia bukanlah ancaman. Si wanita berjalan menuju kandang si rusa, dan dia mencoba untuk masuk. Penjaga taman melarangnya, namun, si wanita tersebut tidak mengacuhkannya dan menyuruh penjaga taman berjaga diluar kandang saja. Dia menegaskan bahwa dia tak akan melakukan hal-hal yang aneh. Si wanita mulai membuka kandang dan menghampiri rusa tersebut dengan makanan yang disodorkannya ke mulut si rusa. Namun si rusa masih terlihat takut. Wanita muda itupun mencoba mengelus leher si rusa tersebut. Namun, ternyata.. Braak!! Si rusa menyeruduk wanita muda tersebut hingga makanan yang dibawakannya jatuh ke tanah dan si rusa berlari kabur lewat pintu yang tadinya terbuka. Si wanita muda langsung berteriak pada para penjaga untuk menangkap rusa tersebut namun tak ada yang berhasil menangkap. Hingga akhirnya si rusa itupun berhasil keluar rumah yang pagar besarnya telah dibuka. Dan dalam sekejap rusa itupun hilang dari pandangan. Namun, si wanita tetap mengejarnya. Dia berupaya mengejar dengan mobil yang ada di garasi nya. Dengan secepat kilat juga dia mengegas mobilnya dan mengejar si rusa yang telah lari dan kabur tadi.

~Rencana penyerangan akan dilakukan hari itu yang dilakukan oleh semua lini dari penduduk hutan tersebut, mulai dari yang besar hingga yang kecil ambil bagian dari penyerangan itu.  Dalam beberapa jam, berkumpullah para binatang dan siap untuk menyerang sekumpulan manusia di kamp nya tersebut. Dengan semangat yang menggebu-gebu para hewan berangkat dan hanya dalam beberapa jam juga mereka sampai pada tempat kamp-kamp manusia tersebut. Mereka langsung menyerang kamp-kamp dan para manusia pekerja bangunan tersebut. Para manusia kaget dan takut, mereka hanya bisa mempertahankan diri dengan bersenjatakan alat-alat bangunan yang dimilikinya. Beberapa masuk ke dalam kendaraan yang digunakan untuk mengangkuti alat dan perlengkapan, beberapa melawan. Hewan-hewan seperti beruang, kerbau, macan, dan kambing hutan, dan ular, adalah beberapa hewan yang ditakuti manusia. Dan merekalah hewan yang banyak melukai para manusia tersebut.

~Rusa berlari dengan kecepatan penuh, kearah hutan tempatnya berencana melakukan pengintaian pada kamp-kamp pembangunan. Dia tahu dia dikejar oleh manusia, mungkin dia ingin mencincangnya, pikir si rusa tersebut. Dengan menambah kecepatannya, dia yakin bisa sampai pada hutan tempatnya tinggal.

~wanita muda putri gubernur tadi tidak menyerah dalam mengejar rusa yang kabur tesebut. Ketika rusa berlari dengan menambah kecepatannya dia juga menambah kecepatannya juga. Walaupun dia tak tahu, kearah mana rusa tersebut berlari.
Dan pada akhirnya, sampailah ia pada kawasan itu. Kawasan dimana banyak kamp-kamp pembangunan. Dan pada hari itu, dia melihat fenomena yang tak pernah dilihatnya sebelumnya. Dia melihat penyerangan hewan-hewan liar terhadap kamp pembangunan sebuah gedung tersebut. Dia memelankan laju mobilnya, dan perlahan dia berhenti di posisi yang aman. Dia memperhatikan rusa yang dia kejar juga masuk kedalam kamp itu. Dia barulah sadar ternyata disana terdapat hutan belantara yang akan digusur untuk kepentingan pembangunan sebuah gedung. Dan disana dia juga melihat mobil ayahnya. Dia kaget, sontak dia akan membuka pintu mobilnya. Namun, dia sadar bahwa kondisi diluar itu berbahaya. Maka dari itu, dia berupaya memanggil petugas keamanan kota untuk mengatasi hal itu.

~dalam penyerangan, si cacing jantan berupaya sekeras mungkin untuk melukai seorang manusia. Walaupun dia tahu, bahwa dia tak bisa melukai seorang manusiapun. Dia hanya memikirkan pembalasan dendam untuk rasa kehilangannya pada si cacing betina. Dia terus melaju dengan hewan-hewan lainnya berupaya sekeras mungkin melukai manusia. Namun, di tengah waktu dia melakukan proses penyerangan, dia mendengar ada suara memanggilnya. Seperti suara si cacing betina. Namun, dia tidak yakin dan terus melakukan penyerangan bersama si monyet. Sampai pada akhirnya dia jatuh dan tergeletak di tanah nan tandus itu. Dia sekali lagi mendengar ada yang memanggilnya. Dalam kesakitannya, dia menoleh kekanan, namun hanya ada para manusia, dia melihat kekiri juga tak ada hewan yang memanggilnya. Dia juga tak tahu sedang berada di posisi mana dia berada sekarang. Sampai pada dia memandang kedepan bahwa seekor cacing betina dan seekor tikus bersembunyi dibalik tumpukan tanah dan batu bata. Dia mengenali cacing itu, dialah sang pujaan hati, dialah yang dicari-carinya selama ini. Namun, ketika perasaan bahagianya itu muncul, dia telah tersepak oleh seorang manusia. Tersepak oleh kerasnya sepatu boots yang digunakan pekerja bangunan. Dan, semuanya menjadi gelap gulita bagi si cacing jantan...

~beberapa jam sudah peristiwa mencekam itu terjadi. Para petugas keamanan dan aparat pengurus kehutanan segera menangani hal itu, mereka men “sweeping” hewan-hewan yang ganas dengan senapan bius. Dan selang beberapa menit, petugas kesehatan datang kesana dan mengevakuasi korban. Baik di pihak manusia maupun hewan tak luput dari proses pengevakuasian petugas kesehatan.  Sekarang, kondisi titik peristiwa sudah aman. Namun, para petugas keamanan tetap berjaga di areal itu. Untuk memastikan bahwa semuanya masih tetap dalam kontrol.
Setelah para korban dibawa ke rumah sakit, petugas kesehatan menangani luka yang diderita oleh para korban. Termasuk sang gubernur tersebut. Dan bos proyek yang membiayai proyek tersebut. Dan untuk dua minggu, proses pembangunan dihentikan. Proses pembangunan itu juga akan diperiksa oleh kementrian pusat untuk dievaluasi. Dalam beberapa hari, rumah sakit dipenuhi oleh para pembesuk dari pihak keluarga korban yang terkena dampak serangan hewan liar tersebut. Tak terkecuali sang anak dari gubernur tersebut. Dia membesuk ayahnya sendirian dikarenakan ibunya telah wafat 7 tahun lalu dikarenakan penyakit kanker payudara. Jadi, satu-satunya keluarga yang ayahnya miliki hanyalah dia, putri semata wayangnya saja.
Sekitar seminggu lebih dirawat dirumah sakit, sang gubernur boleh pulang. Dan setelah pulang, dia istirahat dirumahnya. Putrinya merawatnya dengan baik. Setelah keeseokan harinya, dia membaca Koran dengan headline “PEMBANGUNAN GEDUNG PENDIDIKAN KOTA DIHENTIKAN” dan dibaliknya, dia menemukan judul pemberitaan “HENTIKAN KERJASAMA PERUSAKAN HUTAN OLEH GUBERNUR!!” di halaman lainnya, disebutkan “HENTIKAN PEMBANGUNAN ATAU KITA HENTIKAN GUBERNUR!!” dan halaman-halaman lainnya pun ditujukan untuk berita itu. Memang, berita itu sepertinya adalah berita yang paling hangat saat itu. Sang gubernur pun bertanya pada anak semata wayangnya, apakah dia sudah membacanya atau belum. Dan tanggapan dari anak semata wayangnya adalah:
“Ayah, hentikan saja pembangunan yang merusak habitat hewan liar tersebut. Kita memang butuh pendidikan, namun bukan berarti kita telah merusak keseimbangan alam. Ayah bisa, kok, untuk mengalihkannya pada bangunan-bangunan dikota ini yang sudah tidak dipakai. Daripada membuat lahan baru yang nantinya juga akan menjadi pemborosan ruang untuk makhluk lain hidup”.
Oh sungguh kata-kata yang membuat hatinya tersentuh dan sang gubernur pun malu, malu pada dirinya telah merusak keseimbangan alam ini. Sudah banyak korban yang dilibatkan dalam proyek itu. Dan dia tak mau hal itu terulang kembali. Dia berjanji pada dirinya, setelah ini. Dia akan mengalihkan lahan itu untuk gedung balai konservasi hutan dan akan memfasilitasi perbaikan hutan tersebut. Dia yang melakukan, dia yang membayar semua itu.

~Penghuni hutan terdiam, saat mendengar cerita si cacing betina. Ternyata, dia diselamatkan oleh sepasang tikus yang sebenarnya adalah penghuni hutan tersebut. Mereka menyelamatkan si cacing betina karena hanya dia saja yang tidak berupaya menyelamatkan diri ketika yang lainnya berusaha menyelamatkan diri dari proses pembukaan lahan oleh manusia. Dan setelah itu, dia dirawat oleh sepasang tikus itu dari dalam tanah tempat tumpukan batu bata diletakkan. Beberapa hari tak sadarkan diri, ternyata setelah dia menyadarkan diri terdapat kericuhan diatas tanah. Dan itu ternyata para hewan hutan yang menyerang manusia. Termasuk si cacing jantan, dia ikut andil dalam penyerangan itu. Dan tak menyangka karena dia juga akan membalaskan rasa kehilangannya terhadap dia, si cacing betina itu. Si cacing betina sekarang merasa menyesal karena dia dulu tidak berupaya selamat. Karena ketika dia berupaya untuk menyelamatkan diri, dan dia selamat. Si cacing jantan tak perlu berbuat seperti itu. Itu adalah suatu pembelajaran dari cacing betina. Cerita itu menghiasi kesedihan hewan-hewan yang ada disana, setelah beberapa dari hewan yang buas seperti raja beruang, kerbau, rusa, dan hewan yang lainnya dikembalikan ke hutan itu oleh pihak rumah sakit hewan yang telah merawatnya. Sementara si cacing jantan? Makhluk sekecil dia tidak akan mendapat tempat perhatian para manusia karena cacing dianggap hewan yang tak mengganggu mereka, dan juga sekarang, dia juga harus kehilangan nyawanya sendiri sebagai bentuk pengorbanannya terhadap cintanya itu.

Selesai

“Jangan melihat terlalu dekat. Agak menjauhlah sedikit, dan berikan jarak yang pas, agar mereka juga bisa terlihat jelas”

Komentar