BUKAN PELAJARAN ALAM
Semilir angin berhembus membisikkan pesan
kedamaian. Sesejuk hubungan dua ekor ulat yang sedang bersama-sama. Mereka
adalah sepasang kekasih yang merajut cinta di tengah “damai” nya hutan
belantara yang mereka tempati. Sebagian angan hewan lain berpikir dan merasa
bahwa mereka adalah binatang paling romantis di tengah hutan ini. Mereka
kemana-mana selalu bersama-sama. Melakukan kegiatan bersama-sama. Dalam hutan
hujan yang basah dan tertutup oleh rindangnya pohon-pohon besar, sedikit sekali
kemungkinan untuk bisa terjamah oleh unggas penguasa udara yang sesekali bisa
mengancam kehidupan salah satu atau bahkan kedua dari mereka. Mereka berjanji
untuk sehidup semati dalam suka maupun duka untuk hidup bersama. Mereka sering
berdoa bersama, kepada tuhan. Bukan agar mereka bersama secara terus menerus.
Akan tetapi, mereka berharap pada tuhan agar kelak, ketika mereka dipisahkan,
rasa cinta yang mereka miliki masih tetap membungkus raga mereka yang mungil.
Juga, ketika mereka harus berpisah. Mereka berharap perpisahan itu akan membawa
hikmah, bagi siapa saja.
~Sementara
itu, jauh diluar hutan tersebut. Terdapatlah sebuah kota, yang didalamnya
terdapat manusia-manusia dengan kesibukan-kesibukan yang lebih mereka cintai
ketimbang anak atau istri mereka dirumah. Ketimbang keluarga-keluarga mereka.
Ketimbang orangtua mereka. Sungguh, mereka hanya disibukkan oleh urusan-urusan politik,
urusan-urusan perekonomian kota itu, dan urusan-urusan yang lainnya. Tak ayal,
kota tersebut dijuluki kota megapolitan. Karena segala macam investasi,
gedung-gedung pencakar langit menghiasi desain kota megah itu. Namun, pada
segala kesempurnaan sebuah kota, masih
terdapat kekurangan dalam kota itu. Apa?? Yakni bangunan-bangunan pendidikan.
Kota itu terasa belum lengkap tanpa bangunan para kaum cendikiawan.
Ditengah
kesibukan para orang-orang berdasi, mereka membicarakan sebuah desain dari mega
investasi bernama pendidikan. Terdapatlah seseorang yang mulai membicarakan
lahan hutan yang hampir jarang dijamah oleh manusia disana. Dialah gubernur
dari wilayah itu. Dialah orang pertama yang ingin bangunan tersebut berdiri di
tanah yang dinilai hanya bisa menampung tanaman-tanaman tak terawat yang
harusnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan publik yang lebih berfaedah,
sehingga bersepakatlah sang gubernur dengan para jajarannya, dengan para
investor yang akan membiayai dan menanggung beban biaya untuk proyek
pembangunan sekolah-sekolah.
~Pada
hari dimana keputusan rapat telah disepakati, ternyata para penghuni hutan
nampaknya mengadakan pesta untuk merayakan bahwa selama ini mereka telah
tinggal aman dan nyaman di hutan yang bisa dibilang adalah satu-satunya
ekosistem hutan yang tak terjamah oleh manusia. Pesta nampaknya dipimpin oleh
sang raja hutan, yakni seekor beruang besar, dan pesta dihadiri oleh semua
penghuni hutan termasuk sepasang cacing yang ada di awal cerita. Para penghuni
hutan membawa berbagai macam makanan yang mereka miliki untuk dimakan dan
dinikmati oleh peserta pesta, dan pada akhir pesta ditutup oleh harapan-harapan
yang disampaikan oleh sang raja hutan untuk penduduk hutan. Sang raja
menyampaikan kalau pada beberapa tahun terakhir ini memang tak ada bencana yang
menimpa penghuni hutan tersebut. Tak ada kebakaran hutan, gempa bumi, bahkan
longsor. Sang raja berharap hingga pada pesta berikutnya, tak ada bencana yang
menimpa penghuni hutan. Sepulang dari pesta, sepasang cacing tersebut juga
berdoa lagi agar harapan yang dikatakan oleh sang raja mereka bisa terkabul.
Pada
suatu hari, si cacing jantan akan mengunjungi rumah sahabatnya, yakni rayap,
yang ada di seberang sungai dari bagian selatan hutan yang ditempati oleh sepasang
cacing tersebut. Si cacing jantan berjanji dia akan pulang seminggu dari hari
itu. Karena jarak yang harus ditempuh oleh cacing jantan tersebut cukup jauh
bagi seekor cacing, dan si betina pun menyetujuinya. Lalu berangkatlah cacing
tersebut dengan bawaan bekal dari si cacing betina tadi. Setelah tiga hari
perjalanan, diapun sampai pada rumah rayap yang ada di sebuah pohon yang
akarnya besar. Disana diapun disambut dengan senang hati oleh keluarga rayap.
~Lima
hari setelah hari kesepakatan berlangsung. Para investor dibarengi dengan anak
buahnya bergerak untuk meratakan lahan yang akan dijadikan ruang untuk bangunan
sebuah sekolah. Mereka menebangi pohon, membakar semak, melindasi dan mengeruki
tanah seolah mereka adalah kaum barbar yang siap untuk menghancur leburkan
suatu peradaban. Mereka bekerja cepat di bawah arahan bos mereka dan tentu saja
sang gubernur yang memfasilitasi kewenangannya. Butuh waktu beberapa hari untuk
meratakan seperempat dari bagian hutan tersebut.
Setelah
lima hari bekerja secara penuh, pembukaan lahan beralih menjadi penyekatan
lahan dan pembangunan fondasi dari gedung yang akan didirikan pertama. Sesuai
adat politis, gubernur akan menyelamati dan meletakkan batu bata pertama untuk
pembangunan selanjutnya. Hanyalah formalitas, namun cukup untuk menyenangkan
hati sang gubernur.
~Udara
panas dari hasil pembakaran bahan bakar dari alat-alat berat bangunan ternyata
cukup bisa memanaskan tanaman dan hewan-hewan penghuni pohon, yang pada
akhirnya para tanaman layu karena kepulan asap dan panas, sementara hewan-hewan
penghuni pohon disekitar sana ada yang memilih untuk pergi dan ada juga yang
memilih untuk tetap tinggal karena memang sudah tak memiliki tempat untuk
berlindung lainnya, termasuk si cacing betina. Dia terkulai lemah dalam pohon
tempat tinggalnya setelah asap dan udara yang membuat hutan menjadi panas
disebabkan oleh emisi gas yang dilakukan oleh alat berat dan pembakaran bahan
untuk pembangunan. Dia hanya berharap si cacing jantan akan segera pulang dan
menjemputnya untuk keluar dari hawa yang serba tak nyaman tersebut. Cukup
itulah yang membuatnya lega.
Dalam
perjalanan pulang, si cacing jantan sebenarnya sudah merasakan hawa-hawa yang
tak enak dari arah hutan tempatnya tinggal. Dia mempercepat jalannya untuk
pulang, walaupun dia juga tahu dia tak secepat tupai melompat atau rusa. Tapi
dia tetap berusaha cepat dengan harapan tidak terjadi apa-apa dengan si cacing
betina. Karena dengan alasan itulah dia mempercepat dirinya sendiri. Dan
setelah dua hari berjalan, si cacing melihat hutan dan pohon tempatnya tinggal
sudah hilang dan lenyap dari pandangan. Tinggal hamparan pasir dan benda-benda
besar yang tak dikenalinya berada di depan pandangannya. Hal, yang pertama
dilakukan adalah mencari pohon tempat dia dan si cacing betina tinggal. Dia
berjalan kearah timur, namun yang dia lihat hanyalah gundukan pasir dan
kerikil. Dia berjalan ke arah utara, dia hanya menemukan rangkaian beton-beton
yang sudah disusun untuk fondasi bangunan. Arah utara pun hanya ada kumpulan
manusia dengan kamp-kamp nya. harus kemana lagi dia mencari? Dia sudah
memastikan bahwa bagian hutan itulah yang menjadi tempat tinggalnya dan si
cacing betina, dan dia sudah hampir seharian mencari sang pujaan hati namun
yang ada hanyalah kumpulan manusia dengan alat-alat dan bahan bangunannya.
Hari
beranjak malam dan dia pun masih di tempat itu menyaksikan apa yang sebenarnya
sedang terjadi di tempat itu. Dengan berbalut kesedihan dan sedang
bertanya-tanya dimanakah sang pujaan hati sedang berada, si cacing jantan masih
tidak bisa meninggalkan tempat itu. Setidaknya, dalam kesedihannya itu diamenemukan
tanda kalau sang pujaan hati masih hidupkah atau sudah meninggal. Namun, malam
itu nampaknya menjadi malam tersedih dalam hidup si cacing jantan.
~
Suatu sore, dihalaman yang luas, rumah yang megah, dipenuhi dengan tanaman hias
pada taman sekitar rumah itu membuat siapapun dari setiap orang yang lewat
merasa nyaman. Bunga-bunga di taman melambai dengan tangkai dan kelopak yang
menggoda memberikan arti bahwa tanaman di situ dirawat dengan sangat baik. Para
kawanan kelinci juga di biarkan bebas berkeliaran di taman seolah itu adalah
habitat mereka. Cukup menggambarkan bagaimana gambaran taman Eden meskipun
hanya miniaturnya. Di tengah-tengah taman terdapatlah seorang wanita muda
cantik yang sedang berjalan-jalan mengamati taman dan juga sesekali dia
mendekat pada tanaman-tanaman dan bunga-bunga untuk mengamati apakah
pertumbuhannya baik atau justru perlu perlakuan khusus. Kelinci-kelinci disana
juga tak luput dari perhatian sang wanita cantik tersebut. Sifatnya sebagai
penyayang tumbuhan dan hewan ternyata diperkuat setelah wanita tersebut
menyebutkan nama “Allamanda Cathartica” kepada salah seorang penjaga sekaligus
perawat kebun disana. Dia meminta kepada perawat kebun tersebut untuk menempatkan
kotoran-kotoran kelinci yang sudah diolah jadi pupuk di bagian dimana bunga
alamanda tersebut tumbuh. Ini adalah cara alami agar meminimalisir penggunaan
pupuk sintetis pada tanaman-tanaman disana. Ya, bunga yang berwarna kuning
tersebut adalah salah satu bunga favorit si wanita cantik tersebut.
Kesibukan
penjaga kebun terpecah ketika sebuah mobil mewah masuk dan memarkirkan dirinya
pada salah satu sisi dari kebun tersebut. Para penjaga kebun tersebut berbaris
dan menyapa orang yang barusan keluar dari dalam mobil tersebut. Ketika keluar
sang wanita cantik tersebut menyambut sosok pria dengan setelan jas rapi dengan
suka cita. Dia menanyakan kepada wanita muda cantik yang menyambutnya tersebut
bagaimana proses dari studinya di luar kota. Sebelum wanita muda itu menjawab,
dia menimbalinya dengan cibiran agak sinis lain kali untuk tidak memarkir di
dekat taman favoritnya itu. Dan selanjutnya dia menjawab pertanyaan yang pria
tadi ajukan dengan semangat bahwa dia akan membuat rencana penelitian, namun
dia masih kesulitan apa topik dari penelitiannya tersebut. Si pria tadi,
menimpalinya dengan senyum dan menyemangatinya untuk segera menyelesaikan
studinya tersebut. Ternyata, pria tersebut tidak lain adalah bapak gubernur
yang memang mendiami kota megapolitan itu, dan wanita muda cantik tersebut
adalah anak semata wayang dari si gubernur tersebut. Dia adalah mahasiswa
biologi sebuah universitas nasional favorit yang berada di kota tetangga.
Menguatkan mengapa dia menjadi penyayang tumbuhan dan hewan dirumahnya yang
besar dan megah tersebut.
~Sementara
si cacing jantan mengalami kesedihan beberapa hari terakhir, dia juga masih tak
terima dan berkeliling dengan memunguti sisa-sisa dari pohon hutan yang ditebas
dan dibakar oleh para pekerja bangunan disana. Sampailah ketika dia menemukan
salah satu tetangganya yang tinggal di bagian hutan itu. Dia adalah seekor
monyet kecil yang terlihat murung bahwa pohonnya bertempat tinggal sudah tiada.
Bergegas si cacing jantan menanyakan apa yang terjadi dan dimanakah sekarang
kekasihnya pada si monyet tersebut. Dengan perasaan sedih si monyet bercerita
bahwa telah terjadi perusakan hutan selama beberapa hari ini. Dan dia
menceritakan bahwa pohon yang ditinggali oleh mereka, cacing betina dan cacing
jantan tersebut sudah digelondong oleh sebuah mesin. Seolah dunia terguncang.
Cerita itu mampu membuat si cacing jantan betambah sedih dan marah karena dia
juga tak bisa melindungi si cacing betina yang hanya akan menunggu dia pulang.
Sekarang sic acing jantan sudah tak mempunyai siapa-siapa lagi. Hatinya sontak
merasa kesepian dan mengingat-ingat kesan-kesannya dengan si cacing betina yang
telah terjadi di hutan tersebut beberapa minggu lalu. Sekarang, yang bisa dia
lakukan adalah memberi pelajaran bagi para manusia tersebut. Namun, dia
berpikir kembali bahwa dia tidak cukup kuat untuk melawannya sendiri. Pada saat
itu juga, dia mengajak monyet untuk melaporkan semua itu ke raja mereka, yakni
pada raja beruang.
Hanya
dalam beberapa jam, dengan posisi monyet menggendong si cacing jantan telah
sampai pada tempat dimana raja beruang tinggal. Dan mereka berdua menceritakan
secara kronologis apa yang mereka alami pada raja beruang. Dan pada saat itu
juga, raja beruang kaget dan marah. Hutan yang telah menjaga para hewan dan
telah menyumbangkan oksigen dan sumber makanan mereka ingin dihabisi juga oleh
manusia, raja beruang mengutuk perbuatan serakah manusia. Raja beruang
memerintahkan dua hewan yakni rusa dan kerbau sebagai ajudannya untuk memeriksa
apa yang terjadi di hutan bagian utara tersebut.
~suara
tempaan besi, angkutan pada alat-alat berat, dan teriakan manusia meramaikan
proses pembangunan sebuah gedung baru untuk perintis gedung-gedung selanjutnya
yang akan dibangun juga di sekitar sana. Tampak sudah berjalan dengan baik
proses pembuatan fondasi dari gedung tersebut. Di tengah-tengah keramaian
proses pembangunan tersebut, terdapat orang yang berhasil mengerek seekor
binatang, dan ternyata itu adalah seekor rusa. Sontak itu membuat yang lain
kaget. Ada sebagian pekerja yang meneriakkan inisiatif untuk memanggang dan
memakannya. Tapi, teriakan itu diredakan oleh si bos proyek itu. Dengan diikuti
oleh bapak gubernur yang membuntuti bos tersebut dibelakangnya. Si bos proyek
bertanya pada pak gubernur bagaimana bisa rusa tersebut muncul dan apa yang
akan dilakukan terhadap rusa tersebut. Bos tersebut curiga, jangan-jangan
didalam sana masih terdapat hewan-hewan yang lebih ganas dan berbahaya yang
bisa mengancamnya dan para pekerjanya. Si gubernur mendinginkan kepala si bos
proyek dan meyakinkan bahwa takkan ada apa-apa pada proses pembangunannya. Dia
juga berencana akan membawa rusa tersebut kerumah, mengingat anaknya adalah
juga pecinta hewan-hewan.
Dan
sampailah pada suatu sore, di rumah mewah sang gubernur itu lagi. Si gubernur
sedang mengamati rusa yang keliatannya ketakutan tersebut. Dan seperti biasa si
wanita muda putri gubernur itu menghampiri dan menyambut kedatangan ayahnya
yang entah kapan dia pulang kerumah. Si putri menanyakan pada ayahnya darimana
ayahnya mendapatkan rusa tersebut. Dan si ayah hanya tersenyum dan berpesan
agar dia merawat rusa tersebut dalam taman luas itu. Sang putri terheran-heran,
dia ingin menanyakannya tapi si ayah bergegas pergi lagi entah kemana. Sang
putri tersebut memang seringkali ditinggal pergi untuk urusan pemerintahan atau
urusan politik yang ayahnya geluti. Dan untungnya, sang putri memahaminya dari
awal.
~Auman
raja beruang membuat bintang sekitarnya bergidik ketakutan. Bagaimana tidak
marah, rusa yang diakui sebagai ajudannya telah tertangkap dan mungkin juga
akan dimakan oleh manusia-manusia rakus tersebut. Kerbau juga merasa sedih
karena rusa, sahabatnya, entah bagaimana nasibnya sekarang. Dia juga ikut marah
karena kutukan-kutukan raja beruang terhadap manusia serakah tersebut. Pada
akhirnya, sang raja beruang berencana melakukan serangan terhadap kamp-kamp
pekerja bangunan disana agar mereka tahu bahwa ada makhluk yang harus mereka
beri ruang. Si cacing jantan dan monyet hanya bisa tertunduk dan mengikuti apa
kemauan raja mereka. Terutama si cacing jantan, dia merasa marah juga karena
cacing betina telah direnggut dari sisinya oleh para manusia tersebut. Dia
berusaha akan membuat manusia-manusia itu sadar bahwa binatang juga dikaruniai
perasaan. Dan dia juga ingat akan doa-doa nya dengan si cacing betina bahwa
jika mereka dipisahkan, setidaknya bisa memberikan hikmah dan masih memelihara
cintanya. Inilah saatnya untuk membuktikan bahwa cinta nya masih tidak hilang.
~Keesokan
harinya, pagi-pagi sekali, wanita muda cantik mencoba untuk memberi makan rusa
yang dibawa oleh ayahnya tersebut. Dia ingin sekali membangun keintiman dengan
rusa tersebut agar si rusa menganggap bahwa dia bukanlah ancaman. Si wanita
berjalan menuju kandang si rusa, dan dia mencoba untuk masuk. Penjaga taman
melarangnya, namun, si wanita tersebut tidak mengacuhkannya dan menyuruh
penjaga taman berjaga diluar kandang saja. Dia menegaskan bahwa dia tak akan
melakukan hal-hal yang aneh. Si wanita mulai membuka kandang dan menghampiri
rusa tersebut dengan makanan yang disodorkannya ke mulut si rusa. Namun si rusa
masih terlihat takut. Wanita muda itupun mencoba mengelus leher si rusa
tersebut. Namun, ternyata.. Braak!! Si rusa menyeruduk wanita muda tersebut
hingga makanan yang dibawakannya jatuh ke tanah dan si rusa berlari kabur lewat
pintu yang tadinya terbuka. Si wanita muda langsung berteriak pada para penjaga
untuk menangkap rusa tersebut namun tak ada yang berhasil menangkap. Hingga
akhirnya si rusa itupun berhasil keluar rumah yang pagar besarnya telah dibuka.
Dan dalam sekejap rusa itupun hilang dari pandangan. Namun, si wanita tetap
mengejarnya. Dia berupaya mengejar dengan mobil yang ada di garasi nya. Dengan
secepat kilat juga dia mengegas mobilnya dan mengejar si rusa yang telah lari
dan kabur tadi.
~Rencana
penyerangan akan dilakukan hari itu yang dilakukan oleh semua lini dari
penduduk hutan tersebut, mulai dari yang besar hingga yang kecil ambil bagian
dari penyerangan itu. Dalam beberapa
jam, berkumpullah para binatang dan siap untuk menyerang sekumpulan manusia di
kamp nya tersebut. Dengan semangat yang menggebu-gebu para hewan berangkat dan
hanya dalam beberapa jam juga mereka sampai pada tempat kamp-kamp manusia
tersebut. Mereka langsung menyerang kamp-kamp dan para manusia pekerja bangunan
tersebut. Para manusia kaget dan takut, mereka hanya bisa mempertahankan diri
dengan bersenjatakan alat-alat bangunan yang dimilikinya. Beberapa masuk ke
dalam kendaraan yang digunakan untuk mengangkuti alat dan perlengkapan,
beberapa melawan. Hewan-hewan seperti beruang, kerbau, macan, dan kambing
hutan, dan ular, adalah beberapa hewan yang ditakuti manusia. Dan merekalah
hewan yang banyak melukai para manusia tersebut.
~Rusa
berlari dengan kecepatan penuh, kearah hutan tempatnya berencana melakukan
pengintaian pada kamp-kamp pembangunan. Dia tahu dia dikejar oleh manusia,
mungkin dia ingin mencincangnya, pikir si rusa tersebut. Dengan menambah
kecepatannya, dia yakin bisa sampai pada hutan tempatnya tinggal.
~wanita
muda putri gubernur tadi tidak menyerah dalam mengejar rusa yang kabur tesebut.
Ketika rusa berlari dengan menambah kecepatannya dia juga menambah kecepatannya
juga. Walaupun dia tak tahu, kearah mana rusa tersebut berlari.
Dan
pada akhirnya, sampailah ia pada kawasan itu. Kawasan dimana banyak kamp-kamp
pembangunan. Dan pada hari itu, dia melihat fenomena yang tak pernah dilihatnya
sebelumnya. Dia melihat penyerangan hewan-hewan liar terhadap kamp pembangunan
sebuah gedung tersebut. Dia memelankan laju mobilnya, dan perlahan dia berhenti
di posisi yang aman. Dia memperhatikan rusa yang dia kejar juga masuk kedalam
kamp itu. Dia barulah sadar ternyata disana terdapat hutan belantara yang akan
digusur untuk kepentingan pembangunan sebuah gedung. Dan disana dia juga
melihat mobil ayahnya. Dia kaget, sontak dia akan membuka pintu mobilnya.
Namun, dia sadar bahwa kondisi diluar itu berbahaya. Maka dari itu, dia
berupaya memanggil petugas keamanan kota untuk mengatasi hal itu.
~dalam
penyerangan, si cacing jantan berupaya sekeras mungkin untuk melukai seorang
manusia. Walaupun dia tahu, bahwa dia tak bisa melukai seorang manusiapun. Dia
hanya memikirkan pembalasan dendam untuk rasa kehilangannya pada si cacing
betina. Dia terus melaju dengan hewan-hewan lainnya berupaya sekeras mungkin
melukai manusia. Namun, di tengah waktu dia melakukan proses penyerangan, dia
mendengar ada suara memanggilnya. Seperti suara si cacing betina. Namun, dia
tidak yakin dan terus melakukan penyerangan bersama si monyet. Sampai pada
akhirnya dia jatuh dan tergeletak di tanah nan tandus itu. Dia sekali lagi
mendengar ada yang memanggilnya. Dalam kesakitannya, dia menoleh kekanan, namun
hanya ada para manusia, dia melihat kekiri juga tak ada hewan yang
memanggilnya. Dia juga tak tahu sedang berada di posisi mana dia berada
sekarang. Sampai pada dia memandang kedepan bahwa seekor cacing betina dan
seekor tikus bersembunyi dibalik tumpukan tanah dan batu bata. Dia mengenali
cacing itu, dialah sang pujaan hati, dialah yang dicari-carinya selama ini.
Namun, ketika perasaan bahagianya itu muncul, dia telah tersepak oleh seorang
manusia. Tersepak oleh kerasnya sepatu boots yang digunakan pekerja bangunan.
Dan, semuanya menjadi gelap gulita bagi si cacing jantan...
~beberapa
jam sudah peristiwa mencekam itu terjadi. Para petugas keamanan dan aparat
pengurus kehutanan segera menangani hal itu, mereka men “sweeping” hewan-hewan
yang ganas dengan senapan bius. Dan selang beberapa menit, petugas kesehatan
datang kesana dan mengevakuasi korban. Baik di pihak manusia maupun hewan tak
luput dari proses pengevakuasian petugas kesehatan. Sekarang, kondisi titik peristiwa sudah aman.
Namun, para petugas keamanan tetap berjaga di areal itu. Untuk memastikan bahwa
semuanya masih tetap dalam kontrol.
Setelah
para korban dibawa ke rumah sakit, petugas kesehatan menangani luka yang
diderita oleh para korban. Termasuk sang gubernur tersebut. Dan bos proyek yang
membiayai proyek tersebut. Dan untuk dua minggu, proses pembangunan dihentikan.
Proses pembangunan itu juga akan diperiksa oleh kementrian pusat untuk
dievaluasi. Dalam beberapa hari, rumah sakit dipenuhi oleh para pembesuk dari
pihak keluarga korban yang terkena dampak serangan hewan liar tersebut. Tak
terkecuali sang anak dari gubernur tersebut. Dia membesuk ayahnya sendirian
dikarenakan ibunya telah wafat 7 tahun lalu dikarenakan penyakit kanker
payudara. Jadi, satu-satunya keluarga yang ayahnya miliki hanyalah dia, putri
semata wayangnya saja.
Sekitar
seminggu lebih dirawat dirumah sakit, sang gubernur boleh pulang. Dan setelah
pulang, dia istirahat dirumahnya. Putrinya merawatnya dengan baik. Setelah
keeseokan harinya, dia membaca Koran dengan headline “PEMBANGUNAN GEDUNG
PENDIDIKAN KOTA DIHENTIKAN” dan dibaliknya, dia menemukan judul pemberitaan
“HENTIKAN KERJASAMA PERUSAKAN HUTAN OLEH GUBERNUR!!” di halaman lainnya,
disebutkan “HENTIKAN PEMBANGUNAN ATAU KITA HENTIKAN GUBERNUR!!” dan
halaman-halaman lainnya pun ditujukan untuk berita itu. Memang, berita itu
sepertinya adalah berita yang paling hangat saat itu. Sang gubernur pun
bertanya pada anak semata wayangnya, apakah dia sudah membacanya atau belum.
Dan tanggapan dari anak semata wayangnya adalah:
“Ayah,
hentikan saja pembangunan yang merusak habitat hewan liar tersebut. Kita memang
butuh pendidikan, namun bukan berarti kita telah merusak keseimbangan alam. Ayah
bisa, kok, untuk mengalihkannya pada bangunan-bangunan dikota ini yang sudah
tidak dipakai. Daripada membuat lahan baru yang nantinya juga akan menjadi
pemborosan ruang untuk makhluk lain hidup”.
Oh
sungguh kata-kata yang membuat hatinya tersentuh dan sang gubernur pun malu,
malu pada dirinya telah merusak keseimbangan alam ini. Sudah banyak korban yang
dilibatkan dalam proyek itu. Dan dia tak mau hal itu terulang kembali. Dia
berjanji pada dirinya, setelah ini. Dia akan mengalihkan lahan itu untuk gedung
balai konservasi hutan dan akan memfasilitasi perbaikan hutan tersebut. Dia
yang melakukan, dia yang membayar semua itu.
~Penghuni
hutan terdiam, saat mendengar cerita si cacing betina. Ternyata, dia
diselamatkan oleh sepasang tikus yang sebenarnya adalah penghuni hutan
tersebut. Mereka menyelamatkan si cacing betina karena hanya dia saja yang
tidak berupaya menyelamatkan diri ketika yang lainnya berusaha menyelamatkan
diri dari proses pembukaan lahan oleh manusia. Dan setelah itu, dia dirawat
oleh sepasang tikus itu dari dalam tanah tempat tumpukan batu bata diletakkan.
Beberapa hari tak sadarkan diri, ternyata setelah dia menyadarkan diri terdapat
kericuhan diatas tanah. Dan itu ternyata para hewan hutan yang menyerang
manusia. Termasuk si cacing jantan, dia ikut andil dalam penyerangan itu. Dan
tak menyangka karena dia juga akan membalaskan rasa kehilangannya terhadap dia,
si cacing betina itu. Si cacing betina sekarang merasa menyesal karena dia dulu
tidak berupaya selamat. Karena ketika dia berupaya untuk menyelamatkan diri,
dan dia selamat. Si cacing jantan tak perlu berbuat seperti itu. Itu adalah
suatu pembelajaran dari cacing betina. Cerita itu menghiasi kesedihan
hewan-hewan yang ada disana, setelah beberapa dari hewan yang buas seperti raja
beruang, kerbau, rusa, dan hewan yang lainnya dikembalikan ke hutan itu oleh
pihak rumah sakit hewan yang telah merawatnya. Sementara si cacing jantan?
Makhluk sekecil dia tidak akan mendapat tempat perhatian para manusia karena
cacing dianggap hewan yang tak mengganggu mereka, dan juga sekarang, dia juga
harus kehilangan nyawanya sendiri sebagai bentuk pengorbanannya terhadap
cintanya itu.
Selesai
“Jangan melihat terlalu dekat. Agak menjauhlah
sedikit, dan berikan jarak yang pas, agar mereka juga bisa terlihat jelas”
Komentar
Posting Komentar